Sewaktu masih berada di kelas 3 SMP seorang laki-laki mengikuti klub olimpiade fisika di sekolahnya, dia sangat senang sekali bisa lolos seleksinya. Namun dia mulai merasa dirinya tidak mampu menyaingi temannya, seseorang yang sangat dikaguminya, seseorang yang kelak mendapat medali Emas dilomba Fisika Internasional, meskipun saat itu dia tidak akan menduga hal tersebut bisa terjadi. Dia juga merasa dirinya bodoh, tidak memiliki hal yang disukainya, sehingga memilih untuk keluar dari tim tersebut. Kemudian di semester 2, guru sekolahnya mulai mengajar quick basic, awalnya sih biasa-biasa saja, ketika ada tugas besar, dia diminta temannya yang tinggal didekat rumahnya untuk mengajarinya membuat tugas tersebut, disitulah dia mulai merasa tertarik dengan dunia programming, dia merasa sangat kagum dengan keteraturan dan kesederhanaan dari programming, sesuatu yang bisa mengekspresikan dirinya, sesuatu yang selalu melakukan apa yang diinginkanya, tanpa mengeluh, tanpa bertanya. Jika program itu melakukan kesalahan, maka yang melakukannya adalah programmernya, bukan karena programnya bodoh, melainkan programmnernya yang bodoh. Hal itu membuatnya bertekad untuk mengikuti klub programming yang ada disekolahnya tahun depan.
Kelas 1 SMA adalah saat yang sangat membahagiakan dirinya, itulah pertama kali dia bertemu dengan ce kelak sangat disukainya, meskipun sampai saat ini dia masih belum memberitahukan perasaannya pada ce tersebut. :P. Tahun inilah dia mendapatkan banyak teman baru, mulai aktif di organisasi sekolah, bertemu dengan orang-orang yang sependapat. Orang tidak ditemuinya sewaktu dia kuliah, seharusnya dia sangat menghargai saat itu. Dia mulai ikutan banyak kegiatan, mulai dari lomba Robotik yang diadakan salah satu kampus di Kota tempat tinggalnya, ikut lomba catur disekolahnya, dan ikutan seleksi olimpiade komputer tingkat kota untuk pertama kali. Disitulah bakatnya mulai dikenal, pengajar Robotik memuji bakatnya, mengalahkan peraih medali perak dan perunggu dalam lomba tersebut, dan guru pembimbing klub programming sangat menyukainya. Dia merasa sangat senang sekali. Dia merasa itulah saat paling indah dalam hidupnya. Tapi segalanya seperti berubah pada akhir Kelas 1 SMA, dia kalah dalam lomba Robotik dimana semua orang mengungulkannya, dia kalah dalam catur karena meremehkan lawannya, dan gagal dalam seleksi olimpiade komputer meski mendapat juara 1 pada seleksi kotanya. Hal ini sangat membuatnya sedih dan putus asa.
Kelas 2 SMA adalah saat yang cukup bersejarah dalam hidupnya juga, sebuah perbaikan dari tahun lalu. Dia memenagkan lomba robotik dan pergi ke Singapura untuk ikut lomba tingkat Internasional, dia juga menjadi wakil ketua Klub catur di sekolahnya, sempat terjadi perselisihan dengan beberapa orang teman baiknya karena seorang ce. Sungguh luar biasa lima orang menyukai ce yang sama, dan kebetulan semua orang itu adalah teman baiknya. :p, sampai mengadakan konferensi segala. Dan baru-baru ini dia mendengar kenyataan yang cukup mengejutkan dari temannya. Hehe.. Ketika ada sebuah lomba yang diadakan sebuah perguruan tinggi swasta dibandung, dia berhasil mengerjakan sebuah soal yang sangat sulit, saat ini pulalah dia yakin, bahwa keputusannya memilih programming tidaklah salah. Dia kemudian mengikuti seleksi kota sekali lagi dan mendapatkan juara 2 untuk tingkat kota.
Inilah saat-saat dia kembali menekuni programming, mendapatkan banyak teman baru waktu seleksi provinsi, dan akhirnya mendapatkan medali emas sewaktu OSN IV di Jakarta. Saat-saat berada di OSN adalah saat yang tidak akan pernah dilupakannya (karena beberapa hal, tidak hanya karena lombanya..Hehe) . Setelah pulang dia sudah memfokuskan untuk belajar programming, sehingga beberapa masalah di kelasnya menjadi agak kacau. Tapi meskipun begitu , dia tidak menyesal. Dia memang menyukai programming, programming telah memberikan banyak hal kepadanya. Akhirnya setelah berjuang panjang dia berhasil terpilih menjadi 4 orang yang akan mengikuti lomba programming beskala internasional . Tapi didalam lomba tersebut dia melakukan kesalahan fatal yang sangat disesalinya waktu itu, andaikan saja dia lebih berhati-hati dia pasti bakal setidaknya mendapatkan medali.
Tapi setelah beberapa waktu berlalu, dia mulai bisa menerima hal tersebut, pengalamannya waktu bertanding tersebut telah menjadi pelajaran bagi orang lain. Dia merasa cukup senang, karena dengan kesalahannya dia telah membantu orang lain. Dia juga jadi belajar banyak hal, untuk tidak menyesali segala yang terjadi, karena itu adalah pilihan yang dia ambil, spekulasi yang dia ambil, dia seharusnya sudah mempertimbangkan matang-matang tentang keuntungan dan kerugian yang akan dia dapatkan. “Andaikan dia berhati-hati”, sesuatu yang dia pikirkan terus, mungkin banyak orang lain yang mengalami hal yang sama. Kata “andaikan” memang terdengar menyenangkan, namum sebenarnya “andaikan” juga keadaan yang terjadi lebih buruk, kita tidak perlu terlalu menyesalinya. Kita tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi, jadi hargailah hidup kita saat ini, tidak perlu terlalu menyesali masa lalu.
Sekarang orang tersebut masih menjalani masa kuliahnya dengan penuh berandai-andai. :P. Namun dia sudah tidak pernah menyesal lagi, dia menikmati setiap saat dalam hidupnya. Kadang dia bernostalgia akan masa lalu dan tersenyum. “Andaikan semua tidak seperti itu”.. 😛